Rabu, 16 Maret 2011

UNTUK SIAPA AKU MENGITARI MATAHARI

16/03/2011
3:57

Selamat Pagi, Catatan NGOPI PAGI-ku!

Memang masih terlalu pagi, suara-suara membesarkan-Mu masih dalam mimpi-mimpi sang pengabdi. Aku yang terbangun sedari tadi juga hampir mengingkari-Mu. Aku sempat bertanya pagi ini: “untuk siapa aku mengitari matahari?, berpanas-panasan, melindungi anak-istri dengan bayangan”. Teriknya matahari kemarin, membuatku bersimbah keluh, membuatku ingin berhenti mengitarimu. Tapi, Tuhanmu yang juga Tuhanku selalu membuat matahari baru setiap hari yang mesti aku lingkari dengan langkah, tidak boleh berhenti. Walaupun lelah terasa aku harus tetap melangkah meski dengan tertatih.

Keraguan, untuk siapa aku mengitari matahari, tidak boleh menyelinap lagi dalam celah iman secuil pun. Sebesar apapun gundukan planet kehidupan yang lain menghadang. Aku tidak boleh ragu, untuk siapa aku mengitari matahari. Untuk sebuah hakikat, untuk sebuah epistime serta action kehidupan rotasi langit, bumi dan antara keduanya.

Seperti peristiwa memukau antara anakku, burung dan kucing. Peristiwa ini aku kisahkan di bawah judul, “kemanusiaan, keburungan dan kekucingan”. Dalam kisah itu, sang burung boleh saja terperangkap dalam cengkram tangan manis anak kecil, burung boleh juga mati untuk kehidupan kucing. Mungkin disitulah burung menemukan hakikat kehidupannya. Disamping harus berkicau sepanjang hidupnya di udara. Wallahu’ alam.

Dukumalang, Cilegon, 16 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar