Ketua/Presiden PDRI, Syafruddin Prawiranegara
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tokoh Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), Syafruddin Prawiranegara, akan genap berusia 100 tahun pada 28 Februari 2011. Panitia peringatan mengadakan sejumlah acara untuk memperingati 'Presiden Indonesia ke-2' itu.
"Panitia peringatan seabad Mr Syafruddin Prawiranegara akan meluncurkan novel sejarah Presiden Prawiranegara, seminar, dan pameran foto di Yogyakarta dan Bukittinggi," kata juru bicara panitia, Lukman Hakiem, pada Republika, Rabu (26/1).
"Kami akan meminta Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk membuka pameran di Yogyakarta dan untuk pameran di Bukittinggi kami berharap Menhan Purnomo Yusgiantoro mau membuka," kata Lukman lagi.
Mr. Syafruddin Prawiranegara, atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten, 28 Februari 1911. Posisinya dalam sejarah Indonesia sangat penting, mengingat ia menjadi Ketua/Presiden PDRI saat Belanda melakukan Agresi Militer II 19 Desember 1948 dan menangkap Soekarno-Hatta di Yogyakarta. Pada saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran inilah terjadi Agresi Militer II dan menyebabkan terbentuknya PDRI.
Namun, sejarah Syafruddin seperti dilupakan. Padahal PDRI dijuluki "penyelamat Republik", yang membuat pemerintahan Republik Indonesia masih tetap eksis.
Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta.
Pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Serah terima pengembalian mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.
Syafrudin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama kali pada tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran pada tahun 1947.
"Panitia peringatan seabad Mr Syafruddin Prawiranegara akan meluncurkan novel sejarah Presiden Prawiranegara, seminar, dan pameran foto di Yogyakarta dan Bukittinggi," kata juru bicara panitia, Lukman Hakiem, pada Republika, Rabu (26/1).
"Kami akan meminta Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk membuka pameran di Yogyakarta dan untuk pameran di Bukittinggi kami berharap Menhan Purnomo Yusgiantoro mau membuka," kata Lukman lagi.
Mr. Syafruddin Prawiranegara, atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten, 28 Februari 1911. Posisinya dalam sejarah Indonesia sangat penting, mengingat ia menjadi Ketua/Presiden PDRI saat Belanda melakukan Agresi Militer II 19 Desember 1948 dan menangkap Soekarno-Hatta di Yogyakarta. Pada saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran inilah terjadi Agresi Militer II dan menyebabkan terbentuknya PDRI.
Namun, sejarah Syafruddin seperti dilupakan. Padahal PDRI dijuluki "penyelamat Republik", yang membuat pemerintahan Republik Indonesia masih tetap eksis.
Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta.
Pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Serah terima pengembalian mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.
Syafrudin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama kali pada tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran pada tahun 1947.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar