Selasa, 23 Nopember 2010
Oleh Ayatullah Marsai
Bisik-bisik di lorong gelap. Gelap sekali, hingga suara itu sudah pelan tak terdengar gaungnya. Orang-orang kampung sekarang hanya boleh berbisik, tidak boleh bersuara. Apapun yang mereka lihat, rasakan dan dengar. Dengar dengan telinga atau dengan hati suara yang datang dari situ-situ juga.
Sejak saat pemuda pemberani berani bersuara lantang itu. Suara lantangnya berakibat fatal, dia diseret ke lingkaran setan, tak bisa keluar lagi. Sampai mati. Setelah mati bergentayangan, dimanapun dia kehendaki. Di kantor, di gudang, di dapur, di mana-mana, hingga di secretariat-sekretariat organisasi kepemudaan. Kasihan, dia mati dilingkar kenistaan, lingkaran setan.
Sejak saat itu tidak ada lagi orang yang berani bersuara agak lantang sekalipun, apalagi lantang beneran. Berbisik, berbisik, terus berbisik. Walau tak merubah keadaan. Berbisik dimana-mana. Di pinggir comberan, kubangan jalan, bekas gusuran, tanah yang ditelantarkan, disisi bongkahan kayu yang berjamur, berserakan. Petani berbisik, pupuk langka, impor beras, bantuan traktor tak merata, penyulunya seperti pilot, pemberdayaan yang mempedaya. Harga pupuk selangit, hasil bumi tetap di bumi terkula-I lumpur.
Pedagang kaki lima tetap tak bisa terbang. Mesti 5, itu tetap kaki. Sampai kapanpun gak bisa jadi sayap yang bisa membawanya terbang. Ironisnya, kaki lima juga gak bisa loncat, karena lima bilangan ganjil. Gak bisa meloncat pindahkan nasib menjadi lebih baik.
Bila pol-PP datang, tak bisa merayap sampai keburu ditendang. Bukan hanya orangnya, dagangannya sasaran utama. Seolah barang dagangan yang harus diperbaiki, padahal nasib pedagangnya yang harus diangkat. Beda dengan yang jelas-jelas dagangannya “haram”, aman-aman saja, karena mereka ada di bar, hotel, tempat hiburan, dibawah gemerlap bintang buatan manusia. Aman, asal tempatnya nyaman.
Jangan sekali-kali dagang al-quran di pinggir jalan, kalau tidak ingin al-quran ditendang. Jual-lah miras, narkoba, dan jangan ketinggalan pelacur dengan seperangkat alat kontrasepsi, di gedung yang mewah, dijamin aman.[ayatbanten]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar