Minggu, 14 November 2010

Kasih saja makan tanah Pak!

November 13, 2010
18:35

Di akhir pembelajaran seorang guru memberikan motivasi kepada siswanya, “umur kalian sekarang sekitar 13 tahun. Bayangkan 10 tahun ke depan, ketika umur kalian 23-25, ingin jadi seperti apa kalian!!!? Untuk mewujudkan cita-cita yang kalian inginkan itu, maka kalian harus belajar dan terus belajar secara sungguh-sungguh. Sebab, ilmu akan memberi kita segalanya, kemudahan hidup, termasuk kesejahteraan hidup. Kalau kalian tidak belajar dengan sungguh-sungguh, mau makan apa kalian, dan anak istri kalian?”.

Dengan iseng seorang siswa menjawab, “dikasih makan tanah saja Pak!”. Guru kemudian memanggil muridnya itu, “Ardi, keluar, ambil tanah yang kamu bilang tadi.” Dengan raut muka penuh penyesalan Ardi keluar ruang kelas.
Tidak lama, Ardi kembali dengan segenggam tanah di tangannya. Dan Sang Guru langsung menyambutnya dengan perintah beruntun, “ke depan, angkat tanah itu tinggi-tinggi, dan coba jelaskan apa yang kamu maksud dengan mengasih makan anak istri dengan tanah.”

Tentu saja Ardi gelagapan, karena kata-katanya tadi 100 persen bercanda, tidak ada serius-seriusnya. Sang Guru tahu itu, tetapi dia melihat ada kebenaran pada jawaban muridnya itu.

Kemudian Sang Guru angkat bicara, “kalian tahu Batubata, kalian tahu Genteng, bahkan kalian tahu Rumah, atau Padi. Dan kalian tahu besi, emas, perak dan tembaga-tembaga lainnya, semuanya berasal dari tanah. Tanah. Jadi jawaban kamu benar”, sambil menepuk pundak Ardi.

“Tapi Ardi, dan kalian semua harus tahu dan sadar bahwa kesemua jenis barang yang saya sebutkan tadi adalah tanah yang sudah diolah dengan ilmu, diproses dengan pengetahuan dan kemampuan yang cakap. Hasilnya bisa bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia dan bisa menjadi bisnis besar. Mungkin maksud jawaban Ardi begitu, sehingga tanah bisa dipergunakan untuk memberi makan anak istrinya nanti”, Sang Guru menjelaskan panjang.

Semua siswa mengangguk-angguk, Ardi dipersilahkan kembali ke tempat duduknya. Waktunya pulang, semua siswa keluar menggenggam pengetahuan menghadapi tantangan zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar