Jalan berlubang, penuh air, kotor dan menganggu. “sprooot”, air itu menyembur kearahku. “sial, dasar bajingan, gak punya mata”, umpatku. Ah, tapi gimana lagi jalan di kota ini memang seperti adanya. Sudah bertahun-tahun, tak terjamah oleh APBN, tidak juga oleh APBD, entah mereka ngelayab ke mana?!, gak jelas. Gak setiap tahun juga gak apa-apa, yang penting kuat, kuat, sekali lagi yang penting kuat. Kuat itu, bisa bertahan sampai satu preode kerja Pak Presiden atau Pak Walikota!!
Disisi jalan, semak hijau tinggi, hampir bersentuh dengan kabel listrik, menjulang. Bukan indah, tapi tak terawat. Yang punya sawah menganggap ini kewjiban pemerintah desa. Dasar orang kampong, selalu mengandalkan pemerintah, emang gak bisa bersih-bersih taman sendiri pake uang sendiri. Bisa khan?! Bukan begitu, tapi khan pemerintah punya anggaran, kalau gak dipakai mau dipake buat apa? Beli mobil? Beli motor? Ah, jalannya juga jelek. Jalan kaki aja sih.
Jalan sepanjang kurang lebih 4 km ini juga tidak sepi dari “kuburan polisi”. Ah, polisi, mentang-mentang tugas di jalan, sampai dukubur juga di jalan. Luar biasa pengabdiannya. Sayang, kesetiaanmu kepada jalan, justru menganggu pengguna jalan. Kau malang melintang, menunda-nunda perjalanan. Kendaraan munclak-munclak, gak beres. Kanvas remku cepat habis, sudah kotor akibat jalan berlubang. Lama-lama aku bisa miskin gara-gara aku punya motor. Motor sialan. “Bukan saya yang sialan”, mungkin motorku jawab begitu. Ya, ya, jalan yang sialan. “lha kok saya yang sialan”, mungkin kata jalan begitu. “siapa yang mau jadi jelek, kalian gak tahu sih, aku begini karena aku dianaktrikan, semenjak aku punya “adik” lingkar itu, aku dilupakan, aku gak pernah dikasih perhatian, gak dipoles, gak ditengok, tengok. Jadi yang salah siapa? Ya, ya…………… Bapaklah….. yang salah, kenapa saya tidak diperhatiakan supaya saya layak jadi teman motor kalian untuk menjalani perjalan hidup ini. Kalau gak mampu, lha ya bok jangan punya anak lagi! Nanti, anak yang lain gak ternafkahi….. Ah, tulisan kacau!!! Ya iyalah, inilah “anak kandung” keadaan yang kacau!
Karangtengah sawah, 31 Oktober 2010
Ayatbanten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar