Rabu, 06 Oktober 2010

MENUJU CPNS SEJATI

Tiga Tangga Menggapai PNS Sejati

Oleh: Ayatullah, S. Hum

Ketika media massa memberitakan pendaftaran CPNS 2009 akan di buka dalam waktu dekat, maka seluruh masyarakat berharap bisa masuknya didalamnya. Tidak hanya untuk kepentingan dirinya bahkan kalau perlu anaknya, mantunya, saudaranya, keponakannya, anak teman-teman terdekatnya semua yang ada hubungannya dengan dia, kalau bisa dapat masuk sebagai CPNS 2009 ini. Agaknya, menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil adalah pekerjaan idola sebagian besar –untuk tidak menyebut semua—masyarakat kita. Seorang teman pernah mengatakan, gejala ini biasa terjadi pada setiap negera berkembang. Tidak terkecuali Indonesia. Maka wajar, kalau disekeliling kita, orang berlomba-lomba mendapatkan status PNS.

Bagi sebagian orang, menjadi Pegawai Negeri Sipil ini seolah sudah menjadi kebutuhan. Bukan lagi sebagai keinginan. Dalam pandangan para motifator ekonomi, konsep kebutuhan adalah dimana seseorang tidak punya pilihan lain untuk melangsungkan aktifitasnya. Sementara, konsep keinginan, dimana seseorang mempunyai alternatif lebih dari satu untuk melanjutkan aktifitasnya.

Bagaimana tidak PNS menjadi kebutuhan? Masyarakat kita lebih menghargai seragam coklat ini daripada kemejan, celana panjang dengan warna tidak ditentukan dan kesehariannya mendidik anak-anak di Madrasah. Pegawai honor juga manusia, ketika keadaan ekstren menekan dia sebagai orang tidak terlalu penting keberadaannya, wajar kalau dia punya hasrat mengganti seragamnya dengan seragam coklat tadi.

**
Ketika pendaftaran dimulai, dan formasi diumumkan, mulailah nasib dipertaruhkan. Dari sekian formasi yang dibutuhkan, belum tentu ijazah –untuk tidak menyebut kemampuan—yang dimiliki ada dalam daftar formasi itu. Ini adalah tangga pertama yang harus dilalui. Kalau tangga pertama ini bisa dilewati maka dia harus menaiki tangga kedua, yaitu harus benar-benar percaya bahwa ujian seleksi CPNS yang akan berlangsung benar-benar fair. Tidak ada unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) –nya. Tangga kedua ini paling berat untuk dicapai, karena selama ini, banyak orang bersaksi bahwa yang kemudian lulus seleksi adalah orang yang terhubung dengan nama pejabat setempat. Mulai pejabat yang berada di bawah sampai yang ada di atas. Bahkan, yang ada diantara keduanya. Dalam Ilmu Sejarah kesaksian, dugaan atau keyakinan pribadi ini disebut Subyektivitas. Tetapi, kalau kemudian kesaksian, dugaan atau keyakinan itu didukung oleh pengalaman yang sama dengan banyak orang, ini disebut Inter-subyektivitas. Dan ini sah dijadikan sebagai dasar pijakan untuk kebenaran Ilmu Sosial.

Tangga perjuangan terakhir adalah kemampuan dia menjawab soal-soal yang nanti keluar. Pada tangga ini, kemampuannya dipertaruhkan. Kemampuannya harus sebanding dengan angka-angka yang tercantum pada transkrip nilai di ijazahnya. Kalau tidak mampu menjawab soal-soal, jangan harap, walaupun sudah susah payah menaiki tangga pertama dan kedua dengan modal keyakinan, bisa lolos dalam ujian seleksi CPNS yang diyakini fair tadi.
***
Karangtengah, 18 November 2009
Penulis adalah Guru SKI di Perguran Islam Al-Khairiyah Karangtengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar