06:41
Masih momentum kemarin. Saya menyemangati satu siswa lagi, namanya Umi. Saya lihat dia punya buku harian. Saya selalu mengistimewakan siapa saja yang punya buku harian, kemudian mendorongnya untuk terus menulis rutin setiap hari. Apapun isinya. Mulai dari percintaan, perseteruan, problematika persahabatan dan keluarga, bahkan perenungan jati diri bisa kita temukan dalam buku harian. Dan tidak ketinggalan perkembangan pemikiran. Proses pemebentukan jati diri [pencarian] akan bisa lihat dan ikuti dengan mendetail. Ini sejarah.
Guru saya bilang, Amaludin Muslim, dalam satu kesempatan di status FB-nya: Sejarah adalah apa yang dituliskan, bukan apa yang terjadi. Artinya, seberapa banyak peristiwa dalam hidup ini, pribadi maupun sosial, terencana ataupun tidak, tidak akan bisa diketahui secara benar, tanpa dituliskan. Jadi dengan alasan sederhana ini saya selalu memandang mereka istimewa, dan masih banyak alasan yang lain. Antaranya, saya tidak bisa melakukan ‘tradisi nulis’ ini sejak dini. Saya mendendam dengan kondisi ini, makanya mereka harus memulainya dari sekarang: sedini mungkin. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar