Oleh Ayatulloh Marsai
Teori termashur tentang saluran dakwah Islam di Indonesia menggambarkan 5 saluran utama penyebaran Islam di Indonesia, yaitu perdagangan, perkawinan, seni budaya, pengajaran dan tasawuf. Dari 5 saluran utama ini, actornya bisa satu atau dua orang, tapi jarang sekali satu saluran satu orang. Ini menggambarkan penyebar-penyebar Islam mempunyai banyak talenta, kompetensi dan jiwa social yang tinggi.
Sebut saja namanya Ki Qomar, panggilan Kiai Qomarudin bin Rakta, seorang tokoh penyebar agama Islam di Cilegon Utara. Dia tokoh paling penting. Ini bisa dibuktikan lewat jaringan ilmu pengetahuan (istilahnya Azyumardi Azra) yang terbentuk sebagai hasil dari usahanya mengajarkan agama Islam, baik kepada santri, jawara, kiai sebaya, bahkan masyarakat umum. Melihat objek dakwah yang bervariasi, maka Ki Qomarpun menggunakan metode sesuai dengan objek dakwahnya. Kepada para santri dia menggunakan metode bandungan kitab kuning dan sorogan. Kepada jawara, ia sampaikan ajaran agama sambil berlatih ilmu kanuragan. Kepada masyarakat, cukup dengan “ngaji kuping”. Dalam metode ini, masyarakat hanya mendengarkan wasiat-wasiat dari Kiai. Metode ini, kalau kita lihat sekarang masih berlaku di banyaj masjlis-majlis ta’lim, tabligh akbar dan ceramah-ceramah agama. Terakhir, objek pengajaran agama Ki Qomar juga para kiai muda, sebaya bahkan lebih tua. Kepada mereka digunakan metode diskusi, tukar informasi masalah-masalah agama, sosial kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.
Khusus untuk para jawara dan kiai pengajian diadakan pada hari Sabtu sampai malam minggu. Malam minggu dengan materi khusus ilmu kanuragan, mencakup ilmu batin bagi beberapa orang yang dianggap layak.
Jadi, Ki Qomar dalam menyampaikan ajaran agama tidak hanya lewat pengajaran di majlis-majlis, namun juga melalui seni beladiri atau kanuragan bahkan ilmu batin atau tasawuf. [ayatbanten publishing]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar