Minggu, 12 Agustus 2012

Kebiasaan Membaca

Oleh Ayatulloh Marsai

Entah sengaja atau tidak awalnya, ayah selalu menaruh buku bacaan di meja ruang depan. Ketika sedang tidak dibaca ayah, saya membacanya. Terus berlangsung seperti itu. Setelah selesai, saya bilang kepada ayah, "saya sudah selesai membaca buku ini, minta yang baru!", begitu kirakira saya meminta kepada ayah.

Tidak terasa, hal itu menjadi kebiasaan baik (sampai sekarang). Saya suka membaca! Majalah-majalah bulanan yang ayah peroleh dari kantor, saya lahap habis setiap bulannya. Waktu itu 'majalah pembinaan' dan majalah keluarga.' Di bangku aliyah, saya sudah mulai kecanduan datang ke tokoh buku, meski beli hanya beberapa kali, ketika uang cukup saja; saya juga berusaha memburu koran harian republika kalau ada uang jajan seribu di kantong. Waktu itu republika masih 700 rupiah, meski dengan 
rute yang tidak biasa. Letak sekolah saya di utara, tapi saya menuju ke selatan dulu, simpang tiga, lalu balik lagi muter menuju ke sekolah. Oleh karena itu perginya harus lebih pagi dari biasanya.


Dari sekelumit memori itu, saya belajar hari ini, bahwa gemar membaca tidak mesti diperintahperintah tapi dicontohkan. Artinya lingkungan membaca akan lebih efektif melahirkan genarasi rajin membaca ketimbang hanya di gemborgemborkan saja. Ini berlaku di mana saja, tidak terkecuali di rumah dan sekolah.

Di keluarga orang berkewajiban membentuk lingkungan membaca sepeti di atas, di sekolah, Guru dan karyawan di sekolah. Bagaimana lingkungan keluarga dan sekolah Anda?[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar