Oleh Ayatulloh Marsai
Apalagi yang mesti saya tulis di group ini?
Oke, saya berusaha menggali kenangan-kenangan pertemuan saya dengan katakata. Kata-kata yang membentuk saya menjadi saat ini. Dan, pastinya katakata terus akan merubah saya menjadi fase-fase tak terduga kemudian.
Saya pernah dihadapkan pada pilihan-pilihan. Lulus Aliyah, pilihannya kuliah atau kerja; ketika keputusan saya kuliah, maka saya harus memilih perguruan tinggi; perguruan tinggi sudah dipilih, pilihan berikutnya pasti memilih jurusan apa yang mau saya ambil. Ya, saya memilih IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurusan Sejarah Peradaban Islam. Lalu, apa hubungannya dengan kata-kata?
Saya pernah membaca, 'bacaan waktu kecil menentukan pilihan seseorang kelak ketika dewasa.' Atau, 'bacaan waktu kecillah yang paling berpengaruh menentukan pilihan-pilihan seseorang ketika dewasa'. Mau tida mau, saya memutar ingatan waktu kecil, tepatnya bacaan apa yang saya gandrungi saat kecil. Lalu, terbayang buku lusuh warna merah tua, berpadu dengan putih. Jujur, warnanya sebetulnya sudah tidak jelas. Lembarannya juga sudah lepas, harus ekstra hati-hati memegangnya. Judulnya: Kisah 25 Nabi. Buku ini beberapa kali saya khatamkan, mungkin lebih dari 5 kali.
Buku yang lain, 'Kesaktian Pancasila.' Warnanya merah tua juga, cavernya bergambar burung garuda, di bawah garuda itu, berdiri jendral-jendral yang menjadi korban penculikan dalam peristiwa G30SPKI.
Buku-buku lainnya, saya lupa judulnya, hanya terbayang warna, gambar dan ketebalan buku tersebut. Yang jelas, buku-buku itu berkisah tentang anak-anak. Misalnya, seorang anak yang ditinggalkan oleh ibu-bapaknya yang meninggal oleh letusan gunung berapi. Kemudian si anak diasuh oleh pamannya di kota, dia belajar rajin, bertenggungjawab dan sukses; dll.
Menerawang bacaan-bacaan masa kecil itu, saya tidak heran kalau pilihan jatuh pada jurusan SPI ketika masuk kuliah. Dan, asal tahu saja, pilihan itu sudah disidangkan di depan orang tua yang sebenarnya lebih pas dengan jurusan PAI, dan juga senior-senior alumni se-Aliyah, yang menganggap saya melakukan kesalahan total dengan memilih jurusan itu.
Sampai di sini, agaknya saya harus sepakat dengan pendapat ahli psikologi di atas: 'bacaan masa kecil menentukan pilihan-pilihan masa depan.'
Apalagi yang mesti saya tulis di group ini?
Oke, saya berusaha menggali kenangan-kenangan pertemuan saya dengan katakata. Kata-kata yang membentuk saya menjadi saat ini. Dan, pastinya katakata terus akan merubah saya menjadi fase-fase tak terduga kemudian.
Saya pernah dihadapkan pada pilihan-pilihan. Lulus Aliyah, pilihannya kuliah atau kerja; ketika keputusan saya kuliah, maka saya harus memilih perguruan tinggi; perguruan tinggi sudah dipilih, pilihan berikutnya pasti memilih jurusan apa yang mau saya ambil. Ya, saya memilih IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurusan Sejarah Peradaban Islam. Lalu, apa hubungannya dengan kata-kata?
Saya pernah membaca, 'bacaan waktu kecil menentukan pilihan seseorang kelak ketika dewasa.' Atau, 'bacaan waktu kecillah yang paling berpengaruh menentukan pilihan-pilihan seseorang ketika dewasa'. Mau tida mau, saya memutar ingatan waktu kecil, tepatnya bacaan apa yang saya gandrungi saat kecil. Lalu, terbayang buku lusuh warna merah tua, berpadu dengan putih. Jujur, warnanya sebetulnya sudah tidak jelas. Lembarannya juga sudah lepas, harus ekstra hati-hati memegangnya. Judulnya: Kisah 25 Nabi. Buku ini beberapa kali saya khatamkan, mungkin lebih dari 5 kali.
Buku yang lain, 'Kesaktian Pancasila.' Warnanya merah tua juga, cavernya bergambar burung garuda, di bawah garuda itu, berdiri jendral-jendral yang menjadi korban penculikan dalam peristiwa G30SPKI.
Buku-buku lainnya, saya lupa judulnya, hanya terbayang warna, gambar dan ketebalan buku tersebut. Yang jelas, buku-buku itu berkisah tentang anak-anak. Misalnya, seorang anak yang ditinggalkan oleh ibu-bapaknya yang meninggal oleh letusan gunung berapi. Kemudian si anak diasuh oleh pamannya di kota, dia belajar rajin, bertenggungjawab dan sukses; dll.
Menerawang bacaan-bacaan masa kecil itu, saya tidak heran kalau pilihan jatuh pada jurusan SPI ketika masuk kuliah. Dan, asal tahu saja, pilihan itu sudah disidangkan di depan orang tua yang sebenarnya lebih pas dengan jurusan PAI, dan juga senior-senior alumni se-Aliyah, yang menganggap saya melakukan kesalahan total dengan memilih jurusan itu.
Sampai di sini, agaknya saya harus sepakat dengan pendapat ahli psikologi di atas: 'bacaan masa kecil menentukan pilihan-pilihan masa depan.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar