Al-hamdulillah, Wisata Sejarah tahap pertama sudah
terlaksana dengan selamat. Kemarin, 23/11/'12. Wisata Sejarah saya agendakan
setiap tahun pada mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam kelas 9 MTs
Al-Khairiyah karangtengah. Tempat tujuan Banten Lama, meliputi: Museum
Kepurbakalaan Banten, Istana dan Benteng Surosowan, ziarah di makam Sultan
Maulana Hasanudin, bermain dan belanja di arena alun-alun Banten, Istana
Kaibon, Benteng Speelwizk, dan wihara.
Seperti biasa setiap perjalanan
punya kesan tersendiri, baik dari tempat-tempat yang kami kunjungi atau dari
apa-apa yang terjadi di sana. Untuk tempat, hanya beberapa saja yang berubah
dalam dua bulan terakhir ini. Misalnya, tempat tolilet dan tempat belanja.
Sudah ada toilet yang benar-benar
disediakan untuk pengunjung. Benar-benar, karena toilet-toilet yang ada
sebelumnya itu adalah usaha masyarakat sekitar dengan tarif tertentu. Sementara
yang sekarang ini, dibangun oleh salah satu perusahaan di Banten melalui dana
CSR-nya. Jadi, toilet itu benar-benar umum sebagai fasilitas ziarah, bisa
digunakan gratis oleh pengunjung.
Seandainya banyak perusahaan
membangun fasilitas umum di sini, setahap-demi-setahap, fasilitas akan
lengkap.
Tempat belanja. Tempat belanja,
semakin semerawut saja. Kita akan dibuat capek berjalan menuju tempat berziarah
atau Masjid Agung. Bagaimana tidak, jalan yang tersedia bagi kita diputarputar
serupa spiral, yang kalau diluruskan, perjalanannya sebetulnya singkat. Tapi
justru dibuat berputarputar, melelahkan!
Entahlah, kekuatan apa yang
menghalangi penataan... hingga alun-alun Banten ini tak kunjung apik. Atau,
hah... kelemahan apa yang membuat pihak berwenang seolah tak mampu berbuat
apa-apa. Bagi saya, perdagangan penting di lokasi sekitar wisata dimana pun.
Tetapi, sebagai lokasi wisata, keindahan, kenyamanan, pelayanan ada jauh di
nomor urut depan. Tanpa keapikan dan keprigelan dalam menata tempat wisata,
sama saja menghianati makna wisata itu sendiri.
Upacara Peduli Yatim
Ketika rombongan saya beranjak
meninggalkan Masjid Agung, menuju Istana Kaibon, saya bertemu dengan rombongan
motor, berkonvoi menuju Majid Agung. Ada juga mobil: mobil pribadi, angkot dan
juga bus. Di depan masing-masing kendaraan itu tertempel kertas bertulis:
"PEDULI YATIM." Saya tanya pemandu, "apa ini Pak?"
"Ini pesta yatim, masyarakat sekitar Banten punya kebiasaan ini setiap
tahun setiap bulan Muharram." "Kegiatannya apa saja, Pak?"
sambung saya. "Banyak, Pak. Berziarah, mengarak anak yatim, ada sunatan
massal, dan juga santunan. Banyak donatur yang ikut serta menyantuni yatim yang
mereka bawa."
Luar Biasa. Ini tradisi unik.
Memang semua umat Islam tahu, Muharram adalah bulannya anak yatim. Tapi, setiap
wilayah punya cara unik mengekspresikannya. Nah, pemandangan di atas adalah
cara masyarakat sekitar Banten Lama mengekspresikan bulan anak yatim ini.
Lama saya merenungi pemandangan
bertajuk "PEDULI YATIM" itu. Saya pikir, ini dia, objek potensial
wisata budaya di sekitar Banten Lama. Budaya 10 Muharram. Ini juga corak
keberagamaan masyarakat Banten.
Catatan perjalanan kemarin itu,
ternyata di Banten Lama, tidak hanya kaya dengan benda-benda cagar budaya dan
sejarah namun juga ada cagar tradisi/ upacara yang masih rutin berlangsung di
sana. Wassalam!
Cilegon, 24 November 2012
AYATULLOH MARSAI
Guru Sejarah Kebudayaan Islam,
MTs Al-Khairiyah Karangtengah - Cilegon.