Film
Negeri 5 Menara
Hari Sabtu, 3 Maret 2012, (minggu kemarin), saya ikut serta dalam sebuah acara yang disebut oleh Rumah Dunia sebagai Wisata Buku. Unik. Saya baru kali ini mengenal istilah ini. Sebelumya saya hanya mengenal Wisata Sejarah dan Wisata Ziarah untuk jenis wisata unik ini. Sekarang saya kenal istilah yang benar-benar baru bagi saya, yakni WISATA BUKU. Wah, bisa saya programkan nanti di komunitas saya, atau lebih dulu di keluarga saya.
Lokasi Wisata Buku kali ini di Gelora Bung Karno, Senayan: Kompas Gramedia Book Fair 2012. Luar biasa. Saya ingat-ingat, baru kali ini juga saya ke pameran buku besar, Jakarta, dan yang mengadakan penerbit terbesar di Indonesia. Bagi saya semuanya menarik. Di sini saya bisa membeli buku-buku dengan harga “baik hati.” Bisa bertemu dengan penulis-penulis bukunya. Ada Ahmad Fuadi, Mas Gol A Gong dan Mbak Tias.
Ahmad Fuadi hadir dalam rangka promo film Negeri 5 Menara. Di sini dia berbagi perasaan, bagaimana perasaan ketika tulisan difilmkan. Dia sungguh ragu awalnya, alasannya, pembaca sudah punya film dalam benak masing-masing ketika membaca novelnya. Jadi, film hanya akan membatasi “film” versi pembaca-pembacanya. Banyak tawaran datang, tapi beberapa kali dia menolaknya. Hingga suatu saat dia sampai pada sebuah simpul pikiran: tujuan dia menulis novel ini adalah untuk berbagi pengalaman. Novel, aksesnya terbatas pada orang-orang tertentu saja. Dipastikan banyak orang yang belum membaca, tidak tahu semangat atau pesan negeri 5 menara, maka film bisa menjadi solusi. Film bisa dinikmati hampir oleh semua kalangan. Maka difilmkan-lah novel negeri 5 menara ini.
Karena kali ini –pada acara Kompas Gramedia Book Fair--, Ahmad Fuadi mempromosikan film, tentu saja dia datang bersama insan-insan perfilman dalam film ini. Ada Ikang Fauzi dan pemeran-pemeran “sohibul menara”, saya tidak hapal nama-namanya. ***
Buku Sejarah
Di pameran buku ini, saya tidak bosan-bosan mebaca judul-judul buku yang bertebaran memenuhi mata. saya sempat mengambil buku-buku seri sejarah, seri bapak bangsa. Buku Bung Karno, Bung Hatta dan Syahrir. Yang menarik dari penerbit ini, saya lupa namanya, juga menerbitkan buku tokoh Muso, Aidit, Semaun, dan tokoh-tokoh sosialis-komunis lainnya. Istilah yang disematkan kepada mereka bukan bapak bangsa, tapi tokoh aliran kiri. Dan, tidak ketinggalan ada juga buku tentang Kartoswiryo, julukannya tokoh islam.
Agaknya ada pergeseran sudut pandang kali ini. Di buku sekolah, baik yang sosialis maupun yang islamis, mereka disebut pemberontak. Atau ada buku pegangan yang agak moderat menyebut gerakan mereka dengan gangguan keamanan dalam negeri.
Sayang, buku-buku itu –seri sejarah bapak bangsa tadi--, saya letakan kembali, tidak jadi saya beli dengan pertimbangan baru masuk pintu, takut-takut nanti ada buku yang lebih menarik lagi, saya pengen beli, uangnya sudah habis. Itu yang saya hawatirkan, maka saya letakkan buku-buku tadi di tempatnya semula. Kemudian saya terus menyusuri ruang demi ruang, kios demi kios, pameran buku ini. ***
Saya tertarik dengan karya Sujiwo ini dengan gaya tulisan dan bahasanya yang blak-balakan, renyah, dan terang benderang dalam menggunakan istilah. Juga, isinya betul-betul membongkar hal-hal sosial politik, yang banyak orang malah tidak mau tahu dan cendrung menyembunyikannya. Itu saja. Selebihnya, saya tahu pengarangnya dari TV One, acara debat.
Buku Jurnalisme Investigasi, saya beli karena saya membutuhkannya. Saya sedang pengen banyak tahu tentang investigasi, yang disebut-sebut dalam materi kepenulisan Rumah Dunia, bisa melahirkan tulisan feature. Maka saya merasa perlu membeli buku ini untuk mengenal teori dan pengalaman jurnalis meliput berita di lapangan. Kemudian, saya bisa mengambil sesuatu yang bisa saya jadikan bekal dalam menulis feature (tulisan khas).
Sementara buku Jejak Bisnis Rasul, saya beli karena saya berharap bisa menjawab penasaran saya selama ini tentang sisi ekonomi dakwah Nabi. Maksud saya, dakwah memerlukan dana yang besar tentunya, apalagi ada banyak peperangan yang terjadi saat itu dengan kaum kafir, tentu membutuhkan logistic tidak sedikit. Nah, dari mana Nabi mendapatkan kos semuanya. Saya mencari sampai saat ini. Kalau pertanyaan ini bisa dijawab oleh buku ini, maka saya bisa menjelaskan dan meyakinkan kepada umat bahwa jadi orang Islam itu harus kaya raya, tidak lepas dari urusan harta kekayaan. Saya mau melawan pandangan, Rasul menjauhi kehidupan dunia. Sebaliknya, Rasul sangat giat bekerja. Dan, dakwah tidak akan efektif tanpa biaya yang rasional. ***
Di lokasi pameran saya mencari buku anak-anak. Saya selalu menaruhnya lagi, terus sebanyak saya memegang buku itu, sebanyak itu juga saya kembalikan ke tempatnya semula. Buku anak-anak, mahal-mahal. Ya, ternyata di pameran sebesar Gramedia, buku anak-anak yang berkualitas, atau yang saya suka, tetap saja mahal. Sampai-sampai saya tunda dulu untuk mengikuti Launching Buku TE-TE (travel writer).
Sore hampir maghrib, launching buku TE-WE selesai. Saya tidak akan lupa dengan janji saya kepada Tihami, membeli buku cerita bergambar. Saya tidak akan mengecewakan dia, yang bisa mengakibatkan hilang seleranya terhadap buku. Saya bergegas menuju kios-kios yang berjejer, dengan acak saya mencari buku yang kira-kira cocok dengan Tihami. Tetap saja yang saya temukan buku cerita yang mahal. Akhirnya, saya tidak lagi mempedulikan harganya. Bagiku sekarang yang penting anak saya tidak kecewa, dan bisa tumbuh kecintaannya terhadap buku.
Lalu mata saya tertuju pada buku-buku yang cavernya bergambar hewan. Ada sapi, ikan, penguin dan sebagainya. Harganya cukup mahal untuk ukuran buku 23 halaman, 29.000 rupiah. Saya hanya bisa ambil dua buku: Itik Tak Lagi Kecil Hati dan Hadiah Buat Sapi.
Dalam perjalanan pulang saya menelpon istri, menanyakan kabar Tihami. “Tihami belum tidur Pak, nunggu Bapak, mau lihat buku katanya,” jawab istriku. Dalam hati saya bergumam syukur, untung saya paksakan tadi membeli buku ini meskipun harganya mahal. Ternyata benar anakku sangat menantikannya.
Ya, anak saya termasuk anak yang senang dan suka cita kalau dibelikan buku. Sejak bayi, saya biasakan memberi dia oleh-oleh buku, disamping mainan, layaknya bayi. Harapan saya dia akan tumbuh menjadi orang yang suka membaca dan mencintai buku. Amin!
Mengenai pesanan istri, saya belikan dia buku seri psikologi, Relasi Orang Tua & Anak (karya Dra. M.M. Nilam Widyarini, M. Si). Dengan buku ini, saya berharap istri saya semakin bijak dalam mendampingi anak-anaknya, mengantarkan mereka ke pintu gerbang kemandirian hidup. Amin. ***
Entahlah, apakah ini juga dilakukan oleh penulis lain. Tapi, sepanjang penglihatan saya, tidak melihat penulis lain melakukan hal yang sama di pameran ini.
Saya sendiri ingin membeli semua karya beliau. Tapi apa daya, uang tak sampai. Saya hanya bisa beli satu, Gempa Literasi. Disamping saya sudah dapat jatah buku TE-WE plus naik bus pergi-pulang, hanya dengan uang 50 ribu rupiah. Kalau dihitung-hitung ada yang gratis nih, entah itu bukunya, atau pergi-pulang ke Senayan-nya. Yang jelas, murah berkahlah. Pengalaman dapat, buku dapat!
O, iya… dalam hati saya meniatkan untuk membeli semua karya Gol A Gong. Tunggu saja nanti, awas! ***
Saya kaget bukan kepalang, ketika saya mengetahui harga buku-buku yang dipajang di sebelah kiri panggung utama, murah! Harganya hanya berkisar 5 – 15 ribu saja. Nyesal saya tadi tidak lewat sini. “Waduh gimana nih, mana bagus-bagus lagi. Rata-rata terbitan Gramedia!” teriak saya dalam hati.
Akhirnya, saya memilih. Satu saja. Tentu buku yang nantinya sangat bermanfaat buat saya. Dapat! Teaching of History (karya S. K. Kochher, penerbit Grasindo). Harganya hanya 10 ribu rupiah. Buku ini mungkin bisa menjawab kejenuhan siswa belajar sejarah. Saya akan mendapatkan cara baru, cara segar mengajarkan sejarah di sekolah. Saya bisa dengan mudah menanamkan kesadaran sejarah kepada mereka. Semoga!
Sampai di sini, dompet saya tidak bisa kompromi lagi, sekuat apapun buku-buku di rak itu merayu. Tak ada daya lagi. Ketika saya sadari, isi dompet sudah berpindah pada plastic kresek di tangan. Mereka, “anak” wisata buku kali ini, adalah TE-WE (travel writer), Gempa Literasi, Ngawur karena Benar, Jurnalisme Investigasi, Jejak Bisnis Rasul, Teaching History, Relasi Orang Tua & Anak, Itik Tak Lagi Kecil Hati dan Hadiah Buat Sapi.
Alhamdulillah, koleksi buku saya bertambah 9 buku. Semoga terus bertambah, tidak hanya bukunya, tapi juga wawasan pengoleksinya! Semoga! Wassalam.
Dukumalang, Cilegon, 11-12 Maret 2012
Hari Sabtu, 3 Maret 2012, (minggu kemarin), saya ikut serta dalam sebuah acara yang disebut oleh Rumah Dunia sebagai Wisata Buku. Unik. Saya baru kali ini mengenal istilah ini. Sebelumya saya hanya mengenal Wisata Sejarah dan Wisata Ziarah untuk jenis wisata unik ini. Sekarang saya kenal istilah yang benar-benar baru bagi saya, yakni WISATA BUKU. Wah, bisa saya programkan nanti di komunitas saya, atau lebih dulu di keluarga saya.
Lokasi Wisata Buku kali ini di Gelora Bung Karno, Senayan: Kompas Gramedia Book Fair 2012. Luar biasa. Saya ingat-ingat, baru kali ini juga saya ke pameran buku besar, Jakarta, dan yang mengadakan penerbit terbesar di Indonesia. Bagi saya semuanya menarik. Di sini saya bisa membeli buku-buku dengan harga “baik hati.” Bisa bertemu dengan penulis-penulis bukunya. Ada Ahmad Fuadi, Mas Gol A Gong dan Mbak Tias.
Ahmad Fuadi hadir dalam rangka promo film Negeri 5 Menara. Di sini dia berbagi perasaan, bagaimana perasaan ketika tulisan difilmkan. Dia sungguh ragu awalnya, alasannya, pembaca sudah punya film dalam benak masing-masing ketika membaca novelnya. Jadi, film hanya akan membatasi “film” versi pembaca-pembacanya. Banyak tawaran datang, tapi beberapa kali dia menolaknya. Hingga suatu saat dia sampai pada sebuah simpul pikiran: tujuan dia menulis novel ini adalah untuk berbagi pengalaman. Novel, aksesnya terbatas pada orang-orang tertentu saja. Dipastikan banyak orang yang belum membaca, tidak tahu semangat atau pesan negeri 5 menara, maka film bisa menjadi solusi. Film bisa dinikmati hampir oleh semua kalangan. Maka difilmkan-lah novel negeri 5 menara ini.
Karena kali ini –pada acara Kompas Gramedia Book Fair--, Ahmad Fuadi mempromosikan film, tentu saja dia datang bersama insan-insan perfilman dalam film ini. Ada Ikang Fauzi dan pemeran-pemeran “sohibul menara”, saya tidak hapal nama-namanya. ***
Buku Sejarah
Di pameran buku ini, saya tidak bosan-bosan mebaca judul-judul buku yang bertebaran memenuhi mata. saya sempat mengambil buku-buku seri sejarah, seri bapak bangsa. Buku Bung Karno, Bung Hatta dan Syahrir. Yang menarik dari penerbit ini, saya lupa namanya, juga menerbitkan buku tokoh Muso, Aidit, Semaun, dan tokoh-tokoh sosialis-komunis lainnya. Istilah yang disematkan kepada mereka bukan bapak bangsa, tapi tokoh aliran kiri. Dan, tidak ketinggalan ada juga buku tentang Kartoswiryo, julukannya tokoh islam.
Agaknya ada pergeseran sudut pandang kali ini. Di buku sekolah, baik yang sosialis maupun yang islamis, mereka disebut pemberontak. Atau ada buku pegangan yang agak moderat menyebut gerakan mereka dengan gangguan keamanan dalam negeri.
Sayang, buku-buku itu –seri sejarah bapak bangsa tadi--, saya letakan kembali, tidak jadi saya beli dengan pertimbangan baru masuk pintu, takut-takut nanti ada buku yang lebih menarik lagi, saya pengen beli, uangnya sudah habis. Itu yang saya hawatirkan, maka saya letakkan buku-buku tadi di tempatnya semula. Kemudian saya terus menyusuri ruang demi ruang, kios demi kios, pameran buku ini. ***
3
Buku Pertama yang Saya Beli
Saya terpaku di kios Mizan. Lama juga saya di sana,
membaca buku-buku yang sudah terbuka kemasannya. Di sini, buku yang akhirnya
bisa merogoh kantong saya adalah Ngawur
Karena Benar (karya Sujiwo Tejo, penerbit Imania: 2012), Jurnalisme Investigasi (karya Dandhy Dwi
Laksono, Kaifa: 2010), dan Jejak Bisnis
Rasul (karya Muhammad Sulaiman, Ph. D dan Aizudidinur Zakaria, penerbit
Hikmah: 2010). Saya tertarik dengan karya Sujiwo ini dengan gaya tulisan dan bahasanya yang blak-balakan, renyah, dan terang benderang dalam menggunakan istilah. Juga, isinya betul-betul membongkar hal-hal sosial politik, yang banyak orang malah tidak mau tahu dan cendrung menyembunyikannya. Itu saja. Selebihnya, saya tahu pengarangnya dari TV One, acara debat.
Buku Jurnalisme Investigasi, saya beli karena saya membutuhkannya. Saya sedang pengen banyak tahu tentang investigasi, yang disebut-sebut dalam materi kepenulisan Rumah Dunia, bisa melahirkan tulisan feature. Maka saya merasa perlu membeli buku ini untuk mengenal teori dan pengalaman jurnalis meliput berita di lapangan. Kemudian, saya bisa mengambil sesuatu yang bisa saya jadikan bekal dalam menulis feature (tulisan khas).
Sementara buku Jejak Bisnis Rasul, saya beli karena saya berharap bisa menjawab penasaran saya selama ini tentang sisi ekonomi dakwah Nabi. Maksud saya, dakwah memerlukan dana yang besar tentunya, apalagi ada banyak peperangan yang terjadi saat itu dengan kaum kafir, tentu membutuhkan logistic tidak sedikit. Nah, dari mana Nabi mendapatkan kos semuanya. Saya mencari sampai saat ini. Kalau pertanyaan ini bisa dijawab oleh buku ini, maka saya bisa menjelaskan dan meyakinkan kepada umat bahwa jadi orang Islam itu harus kaya raya, tidak lepas dari urusan harta kekayaan. Saya mau melawan pandangan, Rasul menjauhi kehidupan dunia. Sebaliknya, Rasul sangat giat bekerja. Dan, dakwah tidak akan efektif tanpa biaya yang rasional. ***
Buku
Pesanan Istri & Anak Saya
Sebelum berangkat, saya bilang kepada anak dan
istri, “mau nitip buku apa, Bapak mau ke pameran buku nih?” Anak saya, Tihami,
memesan buku cerita bergambar. Istri pesan buku kehamilan dan menyusui atau
yang berkaitan dengan mendidik anak.Di lokasi pameran saya mencari buku anak-anak. Saya selalu menaruhnya lagi, terus sebanyak saya memegang buku itu, sebanyak itu juga saya kembalikan ke tempatnya semula. Buku anak-anak, mahal-mahal. Ya, ternyata di pameran sebesar Gramedia, buku anak-anak yang berkualitas, atau yang saya suka, tetap saja mahal. Sampai-sampai saya tunda dulu untuk mengikuti Launching Buku TE-TE (travel writer).
Sore hampir maghrib, launching buku TE-WE selesai. Saya tidak akan lupa dengan janji saya kepada Tihami, membeli buku cerita bergambar. Saya tidak akan mengecewakan dia, yang bisa mengakibatkan hilang seleranya terhadap buku. Saya bergegas menuju kios-kios yang berjejer, dengan acak saya mencari buku yang kira-kira cocok dengan Tihami. Tetap saja yang saya temukan buku cerita yang mahal. Akhirnya, saya tidak lagi mempedulikan harganya. Bagiku sekarang yang penting anak saya tidak kecewa, dan bisa tumbuh kecintaannya terhadap buku.
Lalu mata saya tertuju pada buku-buku yang cavernya bergambar hewan. Ada sapi, ikan, penguin dan sebagainya. Harganya cukup mahal untuk ukuran buku 23 halaman, 29.000 rupiah. Saya hanya bisa ambil dua buku: Itik Tak Lagi Kecil Hati dan Hadiah Buat Sapi.
Dalam perjalanan pulang saya menelpon istri, menanyakan kabar Tihami. “Tihami belum tidur Pak, nunggu Bapak, mau lihat buku katanya,” jawab istriku. Dalam hati saya bergumam syukur, untung saya paksakan tadi membeli buku ini meskipun harganya mahal. Ternyata benar anakku sangat menantikannya.
Ya, anak saya termasuk anak yang senang dan suka cita kalau dibelikan buku. Sejak bayi, saya biasakan memberi dia oleh-oleh buku, disamping mainan, layaknya bayi. Harapan saya dia akan tumbuh menjadi orang yang suka membaca dan mencintai buku. Amin!
Mengenai pesanan istri, saya belikan dia buku seri psikologi, Relasi Orang Tua & Anak (karya Dra. M.M. Nilam Widyarini, M. Si). Dengan buku ini, saya berharap istri saya semakin bijak dalam mendampingi anak-anaknya, mengantarkan mereka ke pintu gerbang kemandirian hidup. Amin. ***
Gol
A Gong & Bukunya
Ini yang paling menyita perhatian saya dalam pameran
buku ini, Gol A Gong, menjajakan buku karangannya langsung. Sebuah pemandangan
baru bagi saya. Pameran-pameran buku (kecil) pernah saya datangi, tidak ada
penulis, langsung menjajakan karyanya di stand, di kerumunan pengunjung. “Mba
buku baru saya, bagus,” atau Mba, Pak, tahu Gol A Gong? Saya! Ini buku saya
yang baru, boleh lihat. Beli Mbak, bagus!” dan seterusnya. Saya terus berdecak
kagum, subhanallah! Mbak Tias juga sama hebatnya, berdiri ramah mengakrabi para
fans yang mampir, kebetulan lewat atau yang tidak sengaja lewat dan tertarik
untuk melihat-lihat karyanya. Entahlah, apakah ini juga dilakukan oleh penulis lain. Tapi, sepanjang penglihatan saya, tidak melihat penulis lain melakukan hal yang sama di pameran ini.
Saya sendiri ingin membeli semua karya beliau. Tapi apa daya, uang tak sampai. Saya hanya bisa beli satu, Gempa Literasi. Disamping saya sudah dapat jatah buku TE-WE plus naik bus pergi-pulang, hanya dengan uang 50 ribu rupiah. Kalau dihitung-hitung ada yang gratis nih, entah itu bukunya, atau pergi-pulang ke Senayan-nya. Yang jelas, murah berkahlah. Pengalaman dapat, buku dapat!
O, iya… dalam hati saya meniatkan untuk membeli semua karya Gol A Gong. Tunggu saja nanti, awas! ***
Buku
Terakhir
Sengaja saya mengambil jalan yang berbeda dengan
ketika saya masuk. Kalau tadi masuk, saya mengambil jalan sebelah kanan
panggung utama, pulangnya saya mengambil sebelah kiri panggung. Tapi tetap
tidak melepaskan mata dari buku-buku yang riuh menyapa. Saya kaget bukan kepalang, ketika saya mengetahui harga buku-buku yang dipajang di sebelah kiri panggung utama, murah! Harganya hanya berkisar 5 – 15 ribu saja. Nyesal saya tadi tidak lewat sini. “Waduh gimana nih, mana bagus-bagus lagi. Rata-rata terbitan Gramedia!” teriak saya dalam hati.
Akhirnya, saya memilih. Satu saja. Tentu buku yang nantinya sangat bermanfaat buat saya. Dapat! Teaching of History (karya S. K. Kochher, penerbit Grasindo). Harganya hanya 10 ribu rupiah. Buku ini mungkin bisa menjawab kejenuhan siswa belajar sejarah. Saya akan mendapatkan cara baru, cara segar mengajarkan sejarah di sekolah. Saya bisa dengan mudah menanamkan kesadaran sejarah kepada mereka. Semoga!
Sampai di sini, dompet saya tidak bisa kompromi lagi, sekuat apapun buku-buku di rak itu merayu. Tak ada daya lagi. Ketika saya sadari, isi dompet sudah berpindah pada plastic kresek di tangan. Mereka, “anak” wisata buku kali ini, adalah TE-WE (travel writer), Gempa Literasi, Ngawur karena Benar, Jurnalisme Investigasi, Jejak Bisnis Rasul, Teaching History, Relasi Orang Tua & Anak, Itik Tak Lagi Kecil Hati dan Hadiah Buat Sapi.
Alhamdulillah, koleksi buku saya bertambah 9 buku. Semoga terus bertambah, tidak hanya bukunya, tapi juga wawasan pengoleksinya! Semoga! Wassalam.
Dukumalang, Cilegon, 11-12 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar