Kamu beruntung. Beruntung karena tersedia luas bagimu
kesempatan mengeksplorasi diri. Tidak ada kesempatan bagi siapa pun untuk andil
dalam keberhasilanmu. Keberhasilanmu adalah kemampuanmu. Bukan kemampuan orang
lain. Bukan orang lain tidak perlu. Kamu perlu mereka, tapi sebagai pendukung
saja. Tidak sebagai penentu.
Kenapa aku anggap kau beruntung? Tahu tidak, banyak
angkatan sebelum kamu tidak punya kesempatan seperti ini. Orang-orang di luar
menganggap mereka tidak mampu. Orang luar itu menganggap sangat perlu membantunya.
Kalau orang itu tidak membantu mereka, tidak mungkin akan berhasil, anggap
orang itu. Jadi mereka sekuat tenaga membantu. Nah, dalam situasi seperti ini,
apa arti kemampuan seseorang, coba? Ketika menghadapi persoalan dianggap tidak
mampu menyelesaikannya. Padahal belum dicoba. Aku kira keberadaan mereka
hilang. Mereka tidak hadir dalam penyelesaian persoalan itu. Yang ada orang
lain, yakni orang yang membantu itu.
Kamu betul-betul beruntung. Jika kamu berhasil hari
ini, itu semata-mata karena kehebatan kamu. Dan jika belum berhasil, itu
artinya kamu perlu belajar lagi. Perlu latihan lagi. Itu saja. Dan, kamu harus
percaya, kalau kegagalan itu menciptakan tangganya sendiri dalam batinmu. Tangga
kesabaran, ketegaran, tabah dan hikmah-hikmah yang lain yang tak terkira.
Sebaliknya, mereka yang selalu berhasil karena bantuan
orang lain sebetulnya tidak menikmati keberhasilan itu. Juga belum tentu
berhasil menghadapi kegagalan. Entah apa yang akan mereka perbuat jika
kegagalan nanti suatu saat menghampiri hidupnya. Kita tahu, hidup punya
siklusnya sendiri dalam hal berhasil dan gagal.
Aku jadi ingat bagaimana aku menasehati kamu. Karena kamu
begitu cemas kelihatannya. Aku menasehatimu waktu itu. Bahwa rukun sukses
adalah ketenangan dalam menghadapi masalah. Itu mutlak.
Waktu itu aku umpamakan petarung tinju. Serajin dan
sekuat apapun seorang petinju, jika dia tidak tenang ketika berada dalam arena
tanding, maka pertarungannya akan jauh dari sempurna. Dia akan kalah. Sebaliknya,
kekuatan yang biasa-biasa saja, tetapi memiliki ketenangan yang laur biasa
karena punya kemampuan mengendalikan yang sempurna. Sangat mungkin ia akan
memenangkan pertandingan. Jadi singkatnya, ketika praktek, ketenanganlah yang
nomor satu, baru kemudian bisa.
Aku memberimu resep waktu itu: menulislah dulu beberapa
jenak sebelum mengerjakan soal. Kamu akan tenang. Aku mengatakan ini karena
keyakinan yang dibentuk oleh beberapa artikel yang aku baca. Banyak artikel
yang menegaskan bahwa menulis bisa menenangkan, rileks, dan juga bisa
meningkatkan prestasi. Kuncinya: menulis bisa membuat tenang dan berfikir sistematis.
Ketenangan inilah yang akan menjadi jalan bagi penyelesaian masalah yang
sukses. Itu hasil penelitian lho! Jadi aku bukan mengada-ada. Oke, Pak nanti beberapa menit sebelum saya
mengerjakan soal, saya mau menulis.
O, iya. Menulisnya harus lebih spesifik lagi. Yakni menulis
hal-hal yang membuat kamu resah saat itu. Misalnya, kamu menulis: aku resah sekali saat ini, dst
Insya Allah dengan menulis keresahan justru akan
menghilangkan rasa resah itu sendiri. Kamu percaya itu. Semoga kepercayaanmu
akan kamu praktekan hari ini, sebagai pintu keberhasilan.
Selain nasehat-nasehat ini, aku dan lembaga juga
memberimu program yang riil sebagai persiapan dan latihan. Bimbel: mimbingan
belajar. Tidak sebentar. Tiga bulan man! Ah, sebuah usaha yang tidak seharusnya
sebetulnya jika saja pendidikan selama tiga tahun itu maksimal. Tapi nyatanya,
tidak hanya kita yang memberi program tambahan, banyak lembaga pendidikan tidak
formal yang melakukan hal-hal yang sepertinya tidak percaya dengan lembaga
pendidikan formal. Kalau kata Iffan Illich, justru masyarakat harus dibebaskan
dari belenggu sekolah.
Ah itu urusan lain. Urusanku dan lembaga adalah
memberimu bekal sematang-matangnya untuk suksesmu di arena ujian nanti –-sekarang
ini maksudnya.
Waktu yang selalu kita bicarakan, atau tepatnya yang
selalu kamu resahkan telah tiba. Bagaimana? Apakah kamu menulis dengan emosi
sebelum mengerjakan soal? Tidak? kenapa? Kamu ragu? Kamu harus mencobanya
sebelum menyesal nanti. Ah, seperti nada ancaman yach? Aku tidak bermaksud mengancam.
Aku hanya menyampaikan pengetahuanku dan keyakinanku. Semoga kamu baik-baik
saja, setidaknya hari ini dan tiga hari ke depan.
_cilegon,
Damar26, 15 April 2013