Selasa, 16 April 2013

:anakku kelas duabelas, tahun duaribu tigabelas [1]


Kamu beruntung. Beruntung karena tersedia luas bagimu kesempatan mengeksplorasi diri. Tidak ada kesempatan bagi siapa pun untuk andil dalam keberhasilanmu. Keberhasilanmu adalah kemampuanmu. Bukan kemampuan orang lain. Bukan orang lain tidak perlu. Kamu perlu mereka, tapi sebagai pendukung saja. Tidak sebagai penentu.

Kenapa aku anggap kau beruntung? Tahu tidak, banyak angkatan sebelum kamu tidak punya kesempatan seperti ini. Orang-orang di luar menganggap mereka tidak mampu. Orang luar itu menganggap sangat perlu membantunya. Kalau orang itu tidak membantu mereka, tidak mungkin akan berhasil, anggap orang itu. Jadi mereka sekuat tenaga membantu. Nah, dalam situasi seperti ini, apa arti kemampuan seseorang, coba? Ketika menghadapi persoalan dianggap tidak mampu menyelesaikannya. Padahal belum dicoba. Aku kira keberadaan mereka hilang. Mereka tidak hadir dalam penyelesaian persoalan itu. Yang ada orang lain, yakni orang yang membantu itu.

Kamu betul-betul beruntung. Jika kamu berhasil hari ini, itu semata-mata karena kehebatan kamu. Dan jika belum berhasil, itu artinya kamu perlu belajar lagi. Perlu latihan lagi. Itu saja. Dan, kamu harus percaya, kalau kegagalan itu menciptakan tangganya sendiri dalam batinmu. Tangga kesabaran, ketegaran, tabah dan hikmah-hikmah yang lain yang tak terkira.

Sebaliknya, mereka yang selalu berhasil karena bantuan orang lain sebetulnya tidak menikmati keberhasilan itu. Juga belum tentu berhasil menghadapi kegagalan. Entah apa yang akan mereka perbuat jika kegagalan nanti suatu saat menghampiri hidupnya. Kita tahu, hidup punya siklusnya sendiri dalam hal berhasil dan gagal.

Aku jadi ingat bagaimana aku menasehati kamu. Karena kamu begitu cemas kelihatannya. Aku menasehatimu waktu itu. Bahwa rukun sukses adalah ketenangan dalam menghadapi masalah. Itu mutlak.

Waktu itu aku umpamakan petarung tinju. Serajin dan sekuat apapun seorang petinju, jika dia tidak tenang ketika berada dalam arena tanding, maka pertarungannya akan jauh dari sempurna. Dia akan kalah. Sebaliknya, kekuatan yang biasa-biasa saja, tetapi memiliki ketenangan yang laur biasa karena punya kemampuan mengendalikan yang sempurna. Sangat mungkin ia akan memenangkan pertandingan. Jadi singkatnya, ketika praktek, ketenanganlah yang nomor satu, baru kemudian bisa.

Aku memberimu resep waktu itu: menulislah dulu beberapa jenak sebelum mengerjakan soal. Kamu akan tenang. Aku mengatakan ini karena keyakinan yang dibentuk oleh beberapa artikel yang aku baca. Banyak artikel yang menegaskan bahwa menulis bisa menenangkan, rileks, dan juga bisa meningkatkan prestasi. Kuncinya: menulis bisa membuat tenang dan berfikir sistematis. Ketenangan inilah yang akan menjadi jalan bagi penyelesaian masalah yang sukses. Itu hasil penelitian lho! Jadi aku bukan mengada-ada. Oke, Pak nanti beberapa menit sebelum saya mengerjakan soal, saya mau menulis.

O, iya. Menulisnya harus lebih spesifik lagi. Yakni menulis hal-hal yang membuat kamu resah saat itu. Misalnya, kamu menulis: aku resah sekali saat ini, dst

Insya Allah dengan menulis keresahan justru akan menghilangkan rasa resah itu sendiri. Kamu percaya itu. Semoga kepercayaanmu akan kamu praktekan hari ini, sebagai pintu keberhasilan.
Selain nasehat-nasehat ini, aku dan lembaga juga memberimu program yang riil sebagai persiapan dan latihan. Bimbel: mimbingan belajar. Tidak sebentar. Tiga bulan man! Ah, sebuah usaha yang tidak seharusnya sebetulnya jika saja pendidikan selama tiga tahun itu maksimal. Tapi nyatanya, tidak hanya kita yang memberi program tambahan, banyak lembaga pendidikan tidak formal yang melakukan hal-hal yang sepertinya tidak percaya dengan lembaga pendidikan formal. Kalau kata Iffan Illich, justru masyarakat harus dibebaskan dari belenggu sekolah.
Ah itu urusan lain. Urusanku dan lembaga adalah memberimu bekal sematang-matangnya untuk suksesmu di arena ujian nanti –-sekarang ini maksudnya.

Waktu yang selalu kita bicarakan, atau tepatnya yang selalu kamu resahkan telah tiba. Bagaimana? Apakah kamu menulis dengan emosi sebelum mengerjakan soal? Tidak? kenapa? Kamu ragu? Kamu harus mencobanya sebelum menyesal nanti. Ah, seperti nada ancaman yach? Aku tidak bermaksud mengancam. Aku hanya menyampaikan pengetahuanku dan keyakinanku. Semoga kamu baik-baik saja, setidaknya hari ini dan tiga hari ke depan.

_cilegon, Damar26, 15 April 2013